Friday, 28 August 2015

Sisi Gelap Jepang : Prostitusi Di Jepang Disebabkan oleh Budaya Siswi Jepang ?




Cukup disayangkan, banyak dari masyarakat Jepang yang memiliki toleransi tinggi dan menerima perempuan muda. Dapat dilihat dari banyaknya laki-laki terlihat berjalan dengan gadis di bawah umur tanpa memandang usia mereka sendiri, tapi banyak dari bisnis sekolahan ini menuju lebih jauh dari sekedar "jalan-jalan".

Ada beberapa hal yang ingin saya katakan sebelum melihat lebih dalam subjek utama film dokumenter di bawah ini. Pertama, saya jarang berbagi konten lewat Vice. Jelas mayoritas dokumenter mereka fokus pada isu-isu saja, kadang-kadang dengan dramatisasi tinggi. Bukan untuk mengatakan bahwa laporan mereka selalu akurat atau salah, hanya saja laporan mereka kadang memiliki kecenderungan menjadi samar.

Tentu saja semua negara memiliki sisi gelap dan tentunya masalah serius yang perlu penyelesaian. Hal ini juga tidak bermaksud untuk memberikan pandangan negatif tentang Jepang, hanya untuk membahas situasi yang membutuhkan perhatian. Kedua saya ingin untuk dicatat bahwa video tidak untuk mengutuk atau menyalahkan gaya fashion seperti lolita atau fashion muda lainnya yang tidah bersalah, unless the style is being sexualized.

Vice dokumenter ini umumnya berfokus pada sisi gelap budaya sekolahan, lebih khusus "high school walking". Joshi-kosei osanpo adalah nama layanan yang akan dibahas, di mana laki-laki membayar gadis berpakaian seperti Anak SMA untuk pergi jalan-jalan. Wartawan Jake Adelstein menyatakan bahwa tidak semua jalan-jalan ini dengan niat buruk, tapi kemungkinan sekitar 70-80% saja.


Beberapa kegiatan ini hanya mengedepankan prostitusi. Penyelidikan Vice News mengungkapkan bahwa banyak gadis di bawah umur yang dieksploitasi dan praktis "dimiliki" oleh orang-orang yang menonton aksi mereka. Tanpa tempat untuk pergi, dibesarkan dalam budaya yang membuat mereka takut untuk meminta bantuan, mereka terus beroperasi di bawah penutup berlapis keindahan dari sebuah "schoolgirl walker" yang tidak bersalah.

Menurut Yumeno Nito, perwakilan dari pusat perlindungan siswi SMA Colabo menyatakan, sering keadaan hidup merekalah yang memaksa anak-anak untuk memasuki bisnis ini.

"Hampir semua gadis ini berasal dari keluarga bermasalah, aau merasa terisolasi di sekolah", kata Nito. Sebagai seorang yang dulunya pernah mengalami masalah yang sama, Nito berkata kalau dia merasa beruntung nggak pernah dipaksa bergabung dengan industri ini, tapi dia punya teman-teman yang beberapa di antaranya bahkan bunuh diri setelahnya. Dia sekarang berpatroli di jalan-jalan saat larut malam, mencari para wanita yang butuh tempat untuk tidur dan dukungan emosional. Walaupun dia sejauh ini berhasil membantu lebih dari 100 gadis untuk membantu mengembalikan hidup mereka ke jalan yang benar, dia berkata, "Masalah ini nggak akan pernah selesai kecuali orang dewasa yang membeli dan menjualnya hilang."

Kini semua negara bukan hanya Jepang harus mulai fokus mencari solusinya jika tidak ingin melihat salah satu keluarga kita menjadi korban eksploitasi anak yang "berlindung" di balik kenikmatan dunia..



Sumber : Vice News

No comments:

Post a Comment